X-Steel - Wait

Keutamaan BerSholawat

Salah satunya yaitu menambah 10 rahmat Allah dan menghapus 10 kesalahan

Keutamaan Membaca Al-Qur'an

“Siapa saja membaca satu huruf dari Al-Qur’an, maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.” (HR. At-Tirmidzi)

Keutaamaan Hadir di Majelis Ilmu

"Barang Siapa Meniti Satu Jalan Untuk Mencari Ilmu, Maka ALLAH Akan Mudahkan Jalannya Menuju SURGA" [HR MUSLIM]

Keutamaan BerIstigfar

Barang Siapa yang Senantiasa BerIstigfar maka Allah akan melapangkan masalahnya dan memberikan Rizki dari arah yang tidak disangka-sangka

Sabtu, 25 Februari 2017

MEWASPADAI KAUM MUNAFIK


Al-Qur’an senantiasa mengingatkan kita akan bahaya kaum munafik dengan ayat “Mereka itulah musuh yang sebenarnya, maka waspadalah!”(Al-Munafiqun:4). Namun, saat ini tampaknya kaum muslimin belum dapat bertindak tegas dan kurang waspada akan bahaya kaum munafik. Padahal Allah ta’ala berfirman,

“Hai Nabi, Berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.”(At-Taubah:73)

Ketika keadaan melenggang seperti pada zaman ini, kesadaran kaum muslimin belum bangkit. Umat islam belum melawan mereka dengan hujjah, apalagi dengan mengangkat senjata. Hal itu terjadi lantaran minimnya kewaspadaan yang berakibat pada lemahnya strategi perlawanan. Sehingga, tidak sedikit aktivis Islam yang menganggap enteng bahayanya. Tidak sedikit aktivis Islam yang menaruh percaya pada tokoh-tokoh kaum munafik, sehingga terjebak dalam jerat mematikan ini.

Arab spring telah memperlihatkan bagaimana kaum munafik sekuler berhasil membangun basis massa dari kelompok sekuler awam. Mungkin kelompok ini tidak paham arti sekularisme, tapi sikap dan perbuatannya persis seperti deskripsi kaum munafik. Kelompok ini terus meluas akibat berjangkitnya pemikiran dan nilai-nilai pragmatisme dan opurtunisme

Mengaku beragama Islam namun terbiasa dengan dusta, melanggar janji, mengejar popularitas, tidak amanah, penakut, menjauhi jihad, gila harga, gembira dengan musibah yang menimpa kaum muslim, loyal kepada musuh Islam, anti terhadap orang orang shalih, bersikap merendahkan terhadap syiar Islam, gembira terhadap menangnya kelompok perusak masyarakat, dll. Kelompok inilah yang tampil melawan proyek-proyek serta slogan aktivis Islam!

Sekali lagi, inilah wujud asli dari kaum munafik yang begitu dengki kepada umat Islam. Sejatinya mereka telah melawan Allah, Rasul-Nya dan Islam itu sendiri. Terkadang orang-orang tertipu dengan revolusi-revolusi palsu yang menamakan Islam. Itu semua karena kesadaran aktivis Islam yan gbelum bangkit. Kewaspadaaan yang masih kurang, mengakibatkan kaum munafik leluasa dan semena-mena menindas umat Islam.

Marilah kita sekalian sebagai generasi pejuang Islam segera bangun dan sadar akan bahaya ini. Kita harus mengevaluasi kembali persepsi terhadap bahaya kaum munafik yang direpresentasikan oleh kelompok sekuler. Evaluasi ini dilakukan dengan mengkaji kembali Al-Qur’an, hadist dan sejarah.
Kita susun kembali strategi yang tepat guna untuk menyangkal ancaman dalam selimut ini. Memahamkan kepada umat tentang bagaimana hakikat Islam yang sebenarnya dan bahaya laten kemunafikan. Ancaman-ancaman itu bukan hanya isapan jempol saja. Suatu saat akan benar-benar terjadi seperti kejadian masa lalu, baik di negara kita atau belahan dunia lain.

Tugas berat telah bertengger di pundak kita, ketika melihat kemajemukan masyarakat yang bermacam-macam. Suatu pekerjaan yang paling mulia dengan menyadarkan seluruh komponen umat Islam dan menggandeng mereka di jalan yang benar. Dengan begitu, kita telah benar-benar berusaha dan bekerja keras menetapkan peringatan Al-Qur’an, “Mereka itulah musuh yang sebenarnya, maka waspadalah terhadapnya!”
Kita bersyukur, Allah swt telah menurunkan kepada kita spirit Bela Islam 212. Spirit itu sekarang menjadi sebuah sebab dari terbongkarnya kedok manusia-manusia munafik yang selama ini bersembunyi dibalik topeng-topeng peci, sarung dan baju koko.
Pasca aksi bela Islam 212, semakin hari semakin jelas siapa-siapa saja pengikut setia Abdullah bin Ubay bin Salul yang senantiasa membuat kekacauan dalam ketenangan dan kedamaian ummat Islam.

Ketika nampak gerakan ummat semakin solid dan kokoh, tidak sedikit diantara mereka yang kemudian menampakkan diri seolah-olah berdiri bersama kesatuan ummat Islam yang bergerak membela Islam dari penistaan.

Namun, ketika dia berpisah dari umat dan berdiri dibarisan lain, mendadak sikap dari kata-katanya berubah 180 derajat. Bahkan orang-orang itu, mereka yang diberi amanah untuk melayani ummat dan menegakkan keadilan justru sekarang menjadi pemangsa ummat dan musuh bagi mereka yang menuntu keadilan. Alih-alih menjalankan tugas dan fungsinya dengan benar,kam munafik yang haus kekuasaan itu justru menghambakan dirinya kepada para thogut.

Demikianlah Allah swt menceritakan keadaan mereka dalam surat An-Nisa ayat 60-61: Tidaklah kamu memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada thaghut, padahal mereka telah diperintahkan mengingkari Thaghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan kepada apa yang telah diturunkan Allah dan (patuh) kepada Rasul”, niscaya kamu melihar orang-orang munafik berpaling darimu dengan sesungguhnya.

Ayat ini menggambarkan betapa anehnya sifat orang-orang munafik. Di satu sisi mereka mengakui bahwa mereka beriman ke Al-Quran, dan kitab-kitab suci yang sebelumnya tapi mereka bekerja sama dengan thaghut. Thaghut itu diartikan kadang-kadang sebagai jin, penguasa yang zalim, dan sebagainya. Namun perbedaan makna tersebut tidak kontradiktif, melainkan memiliki esensi yang sama.

Allah swt. Bahkan memberitakan kondisi mereka dalam tujuh belas surat dari total tiga puluh surat madaniyah. Setidaknya, jumlahnya mencakup 340 ayat dalam Al-Qur’an. Melihatnya demikian banyaknya ayat yang menceritakan tetang kaum munafik ini, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah sampai berkomentar “Hampir saja Al-Qur’an seluruhnya berbicara tentang mereka (kaum munafik itu).”(Madarijus Salikin, Juz 1, hal. 347)

Melihat kondisi seperti yang sekarang ini, tentu sangat berbahaya bagi keimanan sauudara-saudara seaqidah yang masih awam pemahaman agamanya. Bukan tidak mungkin, mereka yang wam ini akan sangat mudah disesatkan oleh orang-orang munafik yang bahkan memiliki status sebagai “Ulama”.

Menghadapi situasi yang demikian, ada baiknya kita mengikuti pesan Iman Syafi’i. Yang mana beliau pernah berkata,
“Nanti di akhir zaman akan banyak Ulama yang membingungkan Umat, sehingga Umat bingung memilih mana Ulama warosatul Anbiya dan mana Ulama Suu yang menyesatkan Umat. Bila kalian menemui zaman itu, maka carilah Ulama yang paling dibenci oleh orang-orang KAFIR dan orang MUNAFIK, dan jadikanlah Ia sebagai Ulama yang membimbing mu, dan jauhilah Ulama yang dekat dengan orang KAFIR dan MUNAFIK karena ia akan menyesatkan mu, menjauhimu dari keridhoan Allah”.


TENTANG PARA PENIPU

Alkisah, seorang pemimpin diberitakan baru saja menandatangani peraturan negara yang isisnya antara lain mewajibkan setiap pegawai negara menggunakan kendaraan merek A yang diketahui kualitasnya sangat buruk namun harganya sangat mahal.

Begitu televisi menyiarkan peraturan negara tersebut, sontak para pegawai negara meggerutu dan gelombang protes laksana air bah yang menerjang apaun yang menghalangi alirannya.

Sebuah keadaan yang sangat gamblang tentang kapasitas pemimpin yang seperti ini, mungkin sesuai dengan hadis berikut ini.

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi bersabda:

“Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh kebohongan pada saat itu pendusta dibenarkan, orang yang benar justru didustakan, pengkhianat diberikan amanah, orang yang dipercaya justru dikhianati, dan Ar-Ruwaibidhah berbicara. “Ditanyakan: “apakah Ar-Ruwaibidhah?” beliau bersabda: “seorang laki-laki yang bodoh ( Ar Rajul At Taafih ) tetapi sok mengurusi urusan orang banyak.” (HR. Ibnu Majah No. 4036. Ahmad No. 7912. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dha’of Sunan Ibni Majah No.4036. Dihasankan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam Ta’liq Musnad Ahmad No. 7912. Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan : sanadnya jayyid. Lihat Fathul Bari, 13/84)

Imam As Suyuthi Rahimahullah mengatakan:

Al Khadda’ artinya makar dan muslihat. Dikaitkannya Al Khadda’ kepada As Sanawat (tahun-tahun) merupakan majaz, maksudnya adalah orang yang hidup di tahun-tahun tersebut. (Syarh Sunan Ibni Majah, 1/292)
Ini merupakan prediksi kenabian, bahwa akan datang masa dimana manusia dipenuhi tipu daya, muslihat dan kebohongan. Kalimat-kalimat selanjutnya dalam hadits ini merupakan tafshil (perinci) dari muslihat-muslihat tersebut. Intinya, saat itu banyak manusia yang berlagak menjadi ahli padahal bukan. Sementara yang ahli justru dijauhi dan tidak dipercaya sehingga yang terjadi adalah kehancuran. Ini terjadi bukan hanya pada perkara dunia tapi jua agama.

Imam Ibnu Rajah Al Hambali Rahimahullah berkata:

Kandungan yang tertera dalam hadis ini adalah berupa diantara ciri-ciri datangnya kiamat, yaitu kembali pada makna bahwa banyak urusan disandarkan kepada yang bukan ahlinya. Sebagaimana sabda Nabi kepada orang yang bertanya kepadanya tentang arti As Saa’ah (kiamat/kehancuran): “jika urusan disandarkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya.” (Jaami’ Al ‘Uluum wal Hikam, 1/139)

Kita lihat . . . manusia berbohong untuk menjadi pegawai pemerintah, perusahaan, atau apa saja, dengan memalsukan ijazah atau biodata, risywah dan sebagainya, sehingga orang-orang yang seharusnya pantas tersingkirkan sehingga kerusakan ini tetap mengendap pada lembaga tersebut dari terangkatnya berkah darinya.

Para ulama direndahkan fatwanya, kepribadian mereka dilecehkan, dan dibuah jauh dari umatnya, sementara tukang dongeng, artis dan pengkhotbah karbitan dijunjung tinggi dan dijadikan rujukan. Ulama berbicara tidak didengar, boro-boro ditaati, tapi ketika para pendongeng berbicara justru didengar, dikutip, dan disebarkan.

Itulah Ar-Ruwaibidhah. . . , secara bahasa merupakan tashghir (pengecilan) dari Ar Raabidh yang artinya berlutut. Ya, saat itu banyak orang –orang yang rendah (berlutut) tetapi banyak bicara.

Imam As Suyuthi Rahimahullah menerangkan :

Sabdanya “dan Ar –Ruwaibidhah berbicara”, tafsirnya adalah seperti yang disebutkan dalam hadits Anas : “Kami berkata ; Wahai Rasulullah, apa yang nampak dari umat-umat sebelum kita?”. Beliau bersabda: “Rajanya justru datang dari orang kecil diantara kamu, pelaku kekejian justru adalah orang-orang besar kalian, dan ilmu justru ada pada orang jahatnya kalian.”

Ar Rajul At Taafih artinya orang yang jahat dan hina. Dan, Ar-Ruwaibidhah adalah pengecilan dari Raabidhah, yaitu orang yang lemah yang berlutut kepada orang-orang mulia yang memahami urusan, lalu dia duduk dan belajar kepadanya. (Syarh Dunan Ibni Majah, 1/292)

Para Ar-Ruwaibidhah ini hanya bisa komentar sana sini, sementara orang-orang yang berjuang (mujahidin, para ulama, ‘aamiliin (aktivis) yang sudah melangkah jauh dengan amal juga tidak luput dari komentar-komentar para Ar-Ruawibidhah ini. Mereka mencelanya, meendahkan dan sengaja membuat stigma negatif kepada mujahidin, ulama, dan aktivis agar umat menjauhinya, sebaliknya para Ar-Ruwaibidhah memuji yang tidak layak dipui da mengangkat yang tidak layak diangkat agar dai adan semisalnya lebih banyak pengikut dan pengaruhnya

Wallahu A’lam wa Lillahil ‘Izzah wa Lir Rasul wa Lil Mu’minin


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/08/17/73726/hati-hati-dengan-ar-ruwaibidhah/#ixzz4YCmkHP4w