X-Steel - Wait

Sabtu, 25 Februari 2017

TENTANG PARA PENIPU

Alkisah, seorang pemimpin diberitakan baru saja menandatangani peraturan negara yang isisnya antara lain mewajibkan setiap pegawai negara menggunakan kendaraan merek A yang diketahui kualitasnya sangat buruk namun harganya sangat mahal.

Begitu televisi menyiarkan peraturan negara tersebut, sontak para pegawai negara meggerutu dan gelombang protes laksana air bah yang menerjang apaun yang menghalangi alirannya.

Sebuah keadaan yang sangat gamblang tentang kapasitas pemimpin yang seperti ini, mungkin sesuai dengan hadis berikut ini.

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi bersabda:

“Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh kebohongan pada saat itu pendusta dibenarkan, orang yang benar justru didustakan, pengkhianat diberikan amanah, orang yang dipercaya justru dikhianati, dan Ar-Ruwaibidhah berbicara. “Ditanyakan: “apakah Ar-Ruwaibidhah?” beliau bersabda: “seorang laki-laki yang bodoh ( Ar Rajul At Taafih ) tetapi sok mengurusi urusan orang banyak.” (HR. Ibnu Majah No. 4036. Ahmad No. 7912. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dha’of Sunan Ibni Majah No.4036. Dihasankan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam Ta’liq Musnad Ahmad No. 7912. Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan : sanadnya jayyid. Lihat Fathul Bari, 13/84)

Imam As Suyuthi Rahimahullah mengatakan:

Al Khadda’ artinya makar dan muslihat. Dikaitkannya Al Khadda’ kepada As Sanawat (tahun-tahun) merupakan majaz, maksudnya adalah orang yang hidup di tahun-tahun tersebut. (Syarh Sunan Ibni Majah, 1/292)
Ini merupakan prediksi kenabian, bahwa akan datang masa dimana manusia dipenuhi tipu daya, muslihat dan kebohongan. Kalimat-kalimat selanjutnya dalam hadits ini merupakan tafshil (perinci) dari muslihat-muslihat tersebut. Intinya, saat itu banyak manusia yang berlagak menjadi ahli padahal bukan. Sementara yang ahli justru dijauhi dan tidak dipercaya sehingga yang terjadi adalah kehancuran. Ini terjadi bukan hanya pada perkara dunia tapi jua agama.

Imam Ibnu Rajah Al Hambali Rahimahullah berkata:

Kandungan yang tertera dalam hadis ini adalah berupa diantara ciri-ciri datangnya kiamat, yaitu kembali pada makna bahwa banyak urusan disandarkan kepada yang bukan ahlinya. Sebagaimana sabda Nabi kepada orang yang bertanya kepadanya tentang arti As Saa’ah (kiamat/kehancuran): “jika urusan disandarkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya.” (Jaami’ Al ‘Uluum wal Hikam, 1/139)

Kita lihat . . . manusia berbohong untuk menjadi pegawai pemerintah, perusahaan, atau apa saja, dengan memalsukan ijazah atau biodata, risywah dan sebagainya, sehingga orang-orang yang seharusnya pantas tersingkirkan sehingga kerusakan ini tetap mengendap pada lembaga tersebut dari terangkatnya berkah darinya.

Para ulama direndahkan fatwanya, kepribadian mereka dilecehkan, dan dibuah jauh dari umatnya, sementara tukang dongeng, artis dan pengkhotbah karbitan dijunjung tinggi dan dijadikan rujukan. Ulama berbicara tidak didengar, boro-boro ditaati, tapi ketika para pendongeng berbicara justru didengar, dikutip, dan disebarkan.

Itulah Ar-Ruwaibidhah. . . , secara bahasa merupakan tashghir (pengecilan) dari Ar Raabidh yang artinya berlutut. Ya, saat itu banyak orang –orang yang rendah (berlutut) tetapi banyak bicara.

Imam As Suyuthi Rahimahullah menerangkan :

Sabdanya “dan Ar –Ruwaibidhah berbicara”, tafsirnya adalah seperti yang disebutkan dalam hadits Anas : “Kami berkata ; Wahai Rasulullah, apa yang nampak dari umat-umat sebelum kita?”. Beliau bersabda: “Rajanya justru datang dari orang kecil diantara kamu, pelaku kekejian justru adalah orang-orang besar kalian, dan ilmu justru ada pada orang jahatnya kalian.”

Ar Rajul At Taafih artinya orang yang jahat dan hina. Dan, Ar-Ruwaibidhah adalah pengecilan dari Raabidhah, yaitu orang yang lemah yang berlutut kepada orang-orang mulia yang memahami urusan, lalu dia duduk dan belajar kepadanya. (Syarh Dunan Ibni Majah, 1/292)

Para Ar-Ruwaibidhah ini hanya bisa komentar sana sini, sementara orang-orang yang berjuang (mujahidin, para ulama, ‘aamiliin (aktivis) yang sudah melangkah jauh dengan amal juga tidak luput dari komentar-komentar para Ar-Ruawibidhah ini. Mereka mencelanya, meendahkan dan sengaja membuat stigma negatif kepada mujahidin, ulama, dan aktivis agar umat menjauhinya, sebaliknya para Ar-Ruwaibidhah memuji yang tidak layak dipui da mengangkat yang tidak layak diangkat agar dai adan semisalnya lebih banyak pengikut dan pengaruhnya

Wallahu A’lam wa Lillahil ‘Izzah wa Lir Rasul wa Lil Mu’minin


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/08/17/73726/hati-hati-dengan-ar-ruwaibidhah/#ixzz4YCmkHP4w

0 komentar:

Posting Komentar