Alkisah, seorang pemimpin diberitakan baru saja
menandatangani peraturan negara yang isisnya antara lain mewajibkan setiap
pegawai negara menggunakan kendaraan merek A yang diketahui kualitasnya sangat
buruk namun harganya sangat mahal.
Begitu televisi menyiarkan peraturan negara tersebut, sontak
para pegawai negara meggerutu dan gelombang protes laksana air bah yang
menerjang apaun yang menghalangi alirannya.
Sebuah keadaan yang sangat gamblang tentang kapasitas
pemimpin yang seperti ini, mungkin sesuai dengan hadis berikut ini.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi bersabda:
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh kebohongan pada
saat itu pendusta dibenarkan, orang yang benar justru didustakan, pengkhianat
diberikan amanah, orang yang dipercaya justru dikhianati, dan Ar-Ruwaibidhah
berbicara. “Ditanyakan: “apakah Ar-Ruwaibidhah?” beliau bersabda: “seorang
laki-laki yang bodoh ( Ar Rajul At Taafih ) tetapi sok mengurusi urusan orang
banyak.” (HR. Ibnu Majah No. 4036. Ahmad No. 7912. Dishahihkan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shahih wa Dha’of Sunan Ibni Majah No.4036. Dihasankan oleh Syaikh
Syu’aib Al Arnauth dalam Ta’liq Musnad Ahmad No. 7912. Al Hafizh Ibnu Hajar
mengatakan : sanadnya jayyid. Lihat Fathul Bari, 13/84)
Imam As Suyuthi Rahimahullah mengatakan:
Al Khadda’ artinya makar dan muslihat. Dikaitkannya Al
Khadda’ kepada As Sanawat (tahun-tahun) merupakan majaz, maksudnya adalah orang
yang hidup di tahun-tahun tersebut. (Syarh Sunan Ibni Majah, 1/292)
Ini merupakan prediksi kenabian, bahwa akan datang masa
dimana manusia dipenuhi tipu daya, muslihat dan kebohongan. Kalimat-kalimat
selanjutnya dalam hadits ini merupakan tafshil (perinci) dari muslihat-muslihat
tersebut. Intinya, saat itu banyak manusia yang berlagak menjadi ahli padahal
bukan. Sementara yang ahli justru dijauhi dan tidak dipercaya sehingga yang
terjadi adalah kehancuran. Ini terjadi bukan hanya pada perkara dunia tapi jua
agama.
Imam Ibnu Rajah Al Hambali Rahimahullah berkata:
Kandungan yang tertera dalam hadis ini adalah berupa diantara
ciri-ciri datangnya kiamat, yaitu kembali pada makna bahwa banyak urusan
disandarkan kepada yang bukan ahlinya. Sebagaimana sabda Nabi kepada orang yang
bertanya kepadanya tentang arti As Saa’ah (kiamat/kehancuran): “jika urusan
disandarkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya.” (Jaami’ Al
‘Uluum wal Hikam, 1/139)
Kita lihat . . . manusia berbohong untuk menjadi pegawai
pemerintah, perusahaan, atau apa saja, dengan memalsukan ijazah atau biodata,
risywah dan sebagainya, sehingga orang-orang yang seharusnya pantas
tersingkirkan sehingga kerusakan ini tetap mengendap pada lembaga tersebut dari
terangkatnya berkah darinya.
Para ulama direndahkan fatwanya, kepribadian mereka
dilecehkan, dan dibuah jauh dari umatnya, sementara tukang dongeng, artis dan
pengkhotbah karbitan dijunjung tinggi dan dijadikan rujukan. Ulama berbicara
tidak didengar, boro-boro ditaati, tapi ketika para pendongeng berbicara justru
didengar, dikutip, dan disebarkan.
Itulah Ar-Ruwaibidhah. . . , secara bahasa merupakan tashghir
(pengecilan) dari Ar Raabidh yang artinya berlutut. Ya, saat itu banyak orang
–orang yang rendah (berlutut) tetapi banyak bicara.
Imam As Suyuthi Rahimahullah menerangkan :
Sabdanya “dan Ar –Ruwaibidhah berbicara”, tafsirnya adalah
seperti yang disebutkan dalam hadits Anas : “Kami berkata ; Wahai Rasulullah,
apa yang nampak dari umat-umat sebelum kita?”. Beliau bersabda: “Rajanya justru
datang dari orang kecil diantara kamu, pelaku kekejian justru adalah orang-orang
besar kalian, dan ilmu justru ada pada orang jahatnya kalian.”
Ar Rajul At Taafih artinya orang yang jahat dan hina. Dan,
Ar-Ruwaibidhah adalah pengecilan dari Raabidhah, yaitu orang yang lemah yang
berlutut kepada orang-orang mulia yang memahami urusan, lalu dia duduk dan
belajar kepadanya. (Syarh Dunan Ibni Majah, 1/292)
Para Ar-Ruwaibidhah ini hanya bisa komentar sana sini,
sementara orang-orang yang berjuang (mujahidin, para ulama, ‘aamiliin (aktivis)
yang sudah melangkah jauh dengan amal juga tidak luput dari komentar-komentar
para Ar-Ruawibidhah ini. Mereka mencelanya, meendahkan dan sengaja membuat
stigma negatif kepada mujahidin, ulama, dan aktivis agar umat menjauhinya,
sebaliknya para Ar-Ruwaibidhah memuji yang tidak layak dipui da mengangkat yang
tidak layak diangkat agar dai adan semisalnya lebih banyak pengikut dan
pengaruhnya
Wallahu A’lam wa Lillahil ‘Izzah wa Lir Rasul wa Lil Mu’minin
Sumber:
http://www.dakwatuna.com/2015/08/17/73726/hati-hati-dengan-ar-ruwaibidhah/#ixzz4YCmkHP4w
0 komentar:
Posting Komentar