Al-Qur’an senantiasa mengingatkan kita akan bahaya kaum
munafik dengan ayat “Mereka itulah musuh yang sebenarnya, maka
waspadalah!”(Al-Munafiqun:4). Namun, saat ini tampaknya kaum muslimin belum
dapat bertindak tegas dan kurang waspada akan bahaya kaum munafik. Padahal
Allah ta’ala berfirman,
“Hai Nabi, Berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan
orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka
ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.”(At-Taubah:73)
Ketika keadaan melenggang seperti pada zaman ini, kesadaran
kaum muslimin belum bangkit. Umat islam belum melawan mereka dengan hujjah,
apalagi dengan mengangkat senjata. Hal itu terjadi lantaran minimnya
kewaspadaan yang berakibat pada lemahnya strategi perlawanan. Sehingga, tidak
sedikit aktivis Islam yang menganggap enteng bahayanya. Tidak sedikit aktivis
Islam yang menaruh percaya pada tokoh-tokoh kaum munafik, sehingga terjebak
dalam jerat mematikan ini.
Arab spring telah memperlihatkan bagaimana kaum munafik
sekuler berhasil membangun basis massa dari kelompok sekuler awam. Mungkin
kelompok ini tidak paham arti sekularisme, tapi sikap dan perbuatannya persis
seperti deskripsi kaum munafik. Kelompok ini terus meluas akibat berjangkitnya
pemikiran dan nilai-nilai pragmatisme dan opurtunisme
Mengaku beragama Islam namun terbiasa dengan dusta, melanggar
janji, mengejar popularitas, tidak amanah, penakut, menjauhi jihad, gila harga,
gembira dengan musibah yang menimpa kaum muslim, loyal kepada musuh Islam, anti
terhadap orang orang shalih, bersikap merendahkan terhadap syiar Islam, gembira
terhadap menangnya kelompok perusak masyarakat, dll. Kelompok inilah yang
tampil melawan proyek-proyek serta slogan aktivis Islam!
Sekali lagi, inilah wujud asli dari kaum munafik yang begitu
dengki kepada umat Islam. Sejatinya mereka telah melawan Allah, Rasul-Nya dan
Islam itu sendiri. Terkadang orang-orang tertipu dengan revolusi-revolusi palsu
yang menamakan Islam. Itu semua karena kesadaran aktivis Islam yan gbelum
bangkit. Kewaspadaaan yang masih kurang, mengakibatkan kaum munafik leluasa dan
semena-mena menindas umat Islam.
Marilah kita sekalian sebagai generasi pejuang Islam segera
bangun dan sadar akan bahaya ini. Kita harus mengevaluasi kembali persepsi
terhadap bahaya kaum munafik yang direpresentasikan oleh kelompok sekuler.
Evaluasi ini dilakukan dengan mengkaji kembali Al-Qur’an, hadist dan sejarah.
Kita susun kembali strategi yang tepat guna untuk menyangkal
ancaman dalam selimut ini. Memahamkan kepada umat tentang bagaimana hakikat
Islam yang sebenarnya dan bahaya laten kemunafikan. Ancaman-ancaman itu bukan
hanya isapan jempol saja. Suatu saat akan benar-benar terjadi seperti kejadian
masa lalu, baik di negara kita atau belahan dunia lain.
Tugas berat telah bertengger di pundak kita, ketika melihat
kemajemukan masyarakat yang bermacam-macam. Suatu pekerjaan yang paling mulia
dengan menyadarkan seluruh komponen umat Islam dan menggandeng mereka di jalan
yang benar. Dengan begitu, kita telah benar-benar berusaha dan bekerja keras
menetapkan peringatan Al-Qur’an, “Mereka itulah musuh yang sebenarnya, maka
waspadalah terhadapnya!”
Kita bersyukur, Allah swt telah menurunkan kepada kita spirit
Bela Islam 212. Spirit itu sekarang menjadi sebuah sebab dari terbongkarnya
kedok manusia-manusia munafik yang selama ini bersembunyi dibalik topeng-topeng
peci, sarung dan baju koko.
Pasca aksi bela Islam 212, semakin hari semakin jelas
siapa-siapa saja pengikut setia Abdullah bin Ubay bin Salul yang senantiasa
membuat kekacauan dalam ketenangan dan kedamaian ummat Islam.
Ketika nampak gerakan ummat semakin solid dan kokoh, tidak
sedikit diantara mereka yang kemudian menampakkan diri seolah-olah berdiri
bersama kesatuan ummat Islam yang bergerak membela Islam dari penistaan.
Namun, ketika dia berpisah dari umat dan berdiri dibarisan
lain, mendadak sikap dari kata-katanya berubah 180 derajat. Bahkan orang-orang
itu, mereka yang diberi amanah untuk melayani ummat dan menegakkan keadilan
justru sekarang menjadi pemangsa ummat dan musuh bagi mereka yang menuntu
keadilan. Alih-alih menjalankan tugas dan fungsinya dengan benar,kam munafik
yang haus kekuasaan itu justru menghambakan dirinya kepada para thogut.
Demikianlah Allah swt menceritakan keadaan mereka dalam surat
An-Nisa ayat 60-61: Tidaklah kamu memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa
mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang
diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada
thaghut, padahal mereka telah diperintahkan mengingkari Thaghut itu. Dan setan
bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan kepada apa yang telah
diturunkan Allah dan (patuh) kepada Rasul”, niscaya kamu melihar orang-orang
munafik berpaling darimu dengan sesungguhnya.
Ayat ini menggambarkan betapa anehnya sifat orang-orang
munafik. Di satu sisi mereka mengakui bahwa mereka beriman ke Al-Quran, dan
kitab-kitab suci yang sebelumnya tapi mereka bekerja sama dengan thaghut.
Thaghut itu diartikan kadang-kadang sebagai jin, penguasa yang zalim, dan
sebagainya. Namun perbedaan makna tersebut tidak kontradiktif, melainkan
memiliki esensi yang sama.
Allah swt. Bahkan memberitakan kondisi mereka dalam tujuh
belas surat dari total tiga puluh surat madaniyah. Setidaknya, jumlahnya
mencakup 340 ayat dalam Al-Qur’an. Melihatnya demikian banyaknya ayat yang
menceritakan tetang kaum munafik ini, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah sampai
berkomentar “Hampir saja Al-Qur’an seluruhnya berbicara tentang mereka (kaum
munafik itu).”(Madarijus Salikin, Juz 1, hal. 347)
Melihat kondisi seperti yang sekarang ini, tentu sangat
berbahaya bagi keimanan sauudara-saudara seaqidah yang masih awam pemahaman
agamanya. Bukan tidak mungkin, mereka yang wam ini akan sangat mudah disesatkan
oleh orang-orang munafik yang bahkan memiliki status sebagai “Ulama”.
Menghadapi situasi yang demikian, ada baiknya kita mengikuti
pesan Iman Syafi’i. Yang mana beliau pernah berkata,
“Nanti di akhir zaman akan banyak Ulama yang membingungkan
Umat, sehingga Umat bingung memilih mana Ulama warosatul Anbiya dan mana Ulama
Suu yang menyesatkan Umat. Bila kalian menemui zaman itu, maka carilah Ulama
yang paling dibenci oleh orang-orang KAFIR dan orang MUNAFIK, dan jadikanlah Ia
sebagai Ulama yang membimbing mu, dan jauhilah Ulama yang dekat dengan orang
KAFIR dan MUNAFIK karena ia akan menyesatkan mu, menjauhimu dari keridhoan
Allah”.